Perempuan dan Transportasi Publik di Jakarta6 min read
Transportasi publik memegang peran penting dalam memudahkan mobilitas perkotaan yang efisien dan mudah dijangkau, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi atau menghadapi kesulitan dalam mengemudi. Ini berdampak positif terhadap produktivitas ekonomi dan menciptakan inklusivitas sosial melalui penyediaan opsi transportasi yang terjangkau. Namun, disparitas gender berpengaruh besar terhadap ketersediaan dan aksesibilitas layanan transportasi publik, terutama bagi perempuan.
Kekhawatiran akan keselamatan dan pengalaman pelecehan atau kekerasan menciptakan rasa takut yang membatasi mobilitas perempuan. Insiden seperti pelecehan fisik, pelecehan verbal, dan pencurian semakin membatasi kebebasan mereka, terutama di area yang kurang terang atau pada jam sibuk yang sepi. Dampaknya, banyak perempuan yang menghindari menggunakan transportasi publik, sehingga menghambat akses mereka ke pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan, dan kesempatan sosial, yang pada gilirannya memperkuat ketimpangan gender.
Di Jakarta, ibu kota Indonesia, disparitas gender dalam transportasi publik telah menjadi perhatian utama. Artikel ini bertujuan untuk menggali hubungan antara gender dan transportasi publik di Jakarta, dengan fokus pada tantangan-tantangan khusus yang dihadapi oleh perempuan dalam mengakses dan memanfaatkan layanan tersebut.
Ketimpangan Gender dalam Mobilitas
Disparitas gender dalam mobilitas telah banyak diteliti dan dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi seperti pendapatan, jenis kelamin, usia, atau status migrasi (Hidayati et al., 2019). Di Jakarta, disparitas ini sangat nyata karena tantangan infrastruktur transportasi dan kemacetan (Hidayati, 2019). Kurangnya pilihan transportasi publik yang dapat diandalkan dan terjangkau menjadi hambatan utama penggunaannya di kota ini, terutama bagi perempuan yang menghadapi kekhawatiran keamanan tambahan dan norma sosial yang membatasi mobilitas dan akses mereka ke peluang (Stella et al., 2022).
Lanskap transportasi yang kompleks di Jakarta, dengan kemacetan lalu lintas yang parah dan infrastruktur terbatas, semakin memperburuk ketimpangan gender dalam mobilitas (Hidayati, 2023). Layanan transportasi publik yang tidak memadai, terutama di daerah yang terpinggirkan, menghambat perjalanan yang nyaman dan efisien bagi perempuan. Akibatnya, akses yang sulit bagi perempuan membuat ketergantungan pada kendaraan pribadi.
Selain itu, perempuan di Jakarta menghadapi kekhawatiran keamanan khusus yang lebih membatasi mobilitas mereka. Pelecehan, penyalahgunaan verbal, dan serangan fisik sayangnya sering dialami perempuan yang menggunakan transportasi publik di perkotaan (Saliman & Putranto, 2020). Rasa takut terhadap insiden-insiden tersebut membatasi kebebasan mereka dan membuat mereka enggan menggunakan transportasi publik sama sekali. Pengalaman-pengalaman ini memperpetuasi ketimpangan gender dan memperkuat norma sosial yang membatasi peran perempuan, menghambat keterlibatan mereka dalam berbagai aspek kehidupan kota.
Keselamatan dan Keamanan Perempuan dalam Bermobilitas
Keselamatan adalah perhatian utama bagi perempuan saat mengakses transportasi publik di Jakarta, dengan pelecehan seksual menjadi masalah yang sering terjadi di berbagai moda transportasi (Stella et al., 2022). Pelecehan verbal, pelecehan fisik, dan pencurian, menciptakan suasana ketakutan dan kerentanan yang meluas di kalangan perempuan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, pengalaman-pengalaman ini membatasi kebebasan mereka, sehingga banyak perempuan menghindari menggunakan transportasi publik sama sekali, terutama saat jam sibuk yang sepi atau di area yang kurang terang.
Memastikan keselamatan dan menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan dalam transportasi publik sangat penting untuk mempromosikan kesetaraan gender dan mobilitas yang adil. Menerapkan strategi yang efektif untuk mencegah dan merespons pelecehan menjadi hal yang sangat penting. Hal ini meliputi peningkatan tindakan keamanan seperti pemasangan kamera pengawas, penempatan petugas keamanan, dan pembentukan sistem respons darurat yang efisien. Selain itu, peningkatan kesadaran melalui kampanye dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghormati keselamatan dan batasan pribadi perempuan, serta menciptakan budaya penghargaan dan nol toleransi terhadap pelecehan. Inisiatif-inisiatif ini berkontribusi dalam mengubah norma dan sikap sosial seputar keselamatan perempuan.
Infrastruktur dan Aksesibilitas
Ketersediaan dan aksesibilitas infrastruktur transportasi publik memainkan peran penting dalam mengatasi ketimpangan gender dalam transportasi. Di Jakarta, telah dilakukan upaya untuk mengembangkan sistem transportasi publik intermodal JakLingko, yang bertujuan untuk menciptakan pengalaman transportasi yang mudah diakses dan ramah pengguna (A’rachman et al., 2022). Inisiatif ini fokus pada meningkatkan konektivitas antara berbagai moda transportasi, sehingga memudahkan navigasi di seluruh kota.
Desain dan tata letak infrastruktur transportasi dapat membantu mengatasi ketimpangan gender. Memasukkan fitur-fitur seperti pencahayaan yang cukup, tanda-tanda yang jelas, dan pengaturan tempat duduk yang mengutamakan keamanan dan kenyamanan dapat mengurangi kekhawatiran perempuan terkait keamanan pribadi dan meningkatkan pengalaman mereka secara keseluruhan saat menggunakan transportasi publik (Levin et al., 2019). Membuat area atau peron khusus untuk perempuan juga berkontribusi pada menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah.
Selain itu, integrasi teknologi dan solusi digital dapat meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan transportasi publik. Menerapkan fitur-fitur seperti tampilan informasi real-time, aplikasi seluler untuk perencanaan perjalanan dan pembelian tiket, serta sistem kartu pintar, dapat meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan dan mendorong lebih banyak perempuan untuk menggunakan transportasi publik.
Mempertimbangkan kebutuhan dan pandangan perempuan adalah hal yang penting dalam merancang dan menerapkan infrastruktur transportasi. Melakukan penilaian yang sensitif terhadap gender dan melibatkan perempuan dalam proses pengambilan keputusan memastikan kekhawatiran dan preferensi khusus mereka diperhatikan. Dengan menggabungkan suara dan pandangan yang beragam, perencana transportasi dan pembuat kebijakan dapat menciptakan infrastruktur yang memenuhi kebutuhan semua pengguna, serta mempromosikan sistem transportasi yang inklusif dan adil.
Kebijakan dan Perencanaan ke Depan
Untuk memastikan integrasi perspektif gender secara menyeluruh dalam kebijakan dan perencanaan, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan, tantangan, dan preferensi khusus perempuan dalam mengakses dan menggunakan transportasi publik. Ini melibatkan tindakan untuk mengatasi kekhawatiran keamanan dengan meningkatkan langkah-langkah keamanan dan kenyamanan bagi perempuan. Selain itu, dalam perencanaan infrastruktur transportasi, perlu mempertimbangkan pola perjalanan yang beragam sesuai kebutuhan perempuan.
Melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan dan melakukan penilaian yang sensitif terhadap gender akan memberikan wawasan dan perspektif yang berharga. Melibatkan organisasi hak perempuan, kelompok advokasi, dan pemangku kepentingan masyarakat dalam mendapatkan masukan akan memastikan bahwa kebijakan dan rencana yang dibuat sejalan dengan kebutuhan perempuan. Melibatkan perempuan secara aktif dalam tahap perencanaan dan implementasi akan memungkinkan perancangan sistem transportasi yang mendorong kesetaraan gender, meningkatkan aksesibilitas, dan mempromosikan inklusivitas bagi semua individu.
Pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan terhadap kebijakan dan rencana sangat penting untuk mengevaluasi efektivitasnya dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. Pengumpulan data secara terpisah berdasarkan gender akan membantu mengidentifikasi kesenjangan atau area yang perlu diperbaiki. Informasi ini akan mendukung pengambilan keputusan berdasarkan bukti yang akurat, sehingga kebijakan dan rencana yang dihasilkan dapat merespons kebutuhan dan pengalaman perempuan yang menggunakan transportasi publik.
Penulis: Inayah Hidayati – Pusat Riset Kependudukan BRIN
Editor: Luh Kitty Katherina
—
Referensi
A’rachman, F., Setiawan, C., Warnadi, N., Insani, N., Hijrawadi, S. (2022). Spatial Analysis Of Public Transportation Accessibility For Pedestrian In Central Jakarta. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci., 1(1039), 012044. https://doi.org/10.1088/1755-1315/1039/1/012044
Hidayati, I. (2021). Daily Commute of Circular Migrant in Greater Jakarta: a Review: A REVIEW. DEMOS: Journal of Demography, Ethnography and Social Transformation, 1(1), 14-23.
Hidayati, I. (2023). Breaking the commute barrier: How women in Jabodetabek overcome daily challenges on commuting for work. ETNOSIA: Jurnal Etnografi Indonesia, 8(1), 44-62.
Hidayati, I., Yamu, C., Tan, W. (2019). The Emergence Of Mobility Inequality In Greater Jakarta, Indonesia: a Socio-spatial Analysis Of Path Dependencies In Transport–land Use Policies. Sustainability, 18(11), 5115.
Levin, L., & Faith-Ell, C. (2019). How to apply gender equality goals in transport and infrastructure planning. Integrating gender into transport planning: From one to many tracks, 89-118.
Saliman, J., Putranto, L. (2020). Kajian Manfaat Gerbong Khusus Wanita DI Krl Commuter Line Jabodtabek. j. mitra teknik sipil, 4(3), 989.
Stella, N., Guizzo, N., Travassos, N. (2022). Violence Detection On Board Of Shared Autonomous Vehicles: a Literature Review. JBTH, 2(5), 155-159.