Teori Everett S Lee untuk Memahami Migrasi pada Pandemi COVID-196 min read
Migrasi telah menjadi hal penting dalam sejarah manusia, dan terus mempengaruhi masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia. Teori migrasi Everett S Lee, yang dikembangkan pada tahun 1966, sangat membantu dalam memahami pola migrasi, terutama dalam konteks pandemi COVID-19. Menurut teori Lee, pendorong utama migrasi terletak pada persepsi orang, bukan hanya kondisi sebenarnya di negara asal atau tujuan mereka. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana teori Lee dapat digunakan untuk memahami migrasi selama pandemi COVID-19.
Lee (1966) menyatakan bahwa individu secara spesifik mengevaluasi keuntungan dan kerugian dari daerah tertentu sebelum memutuskan untuk bermigrasi. Di tengah pandemi COVID-19, persepsi orang telah terpengaruh secara signifikan oleh ketidakpastian, ketakutan, dan perubahan kondisi sosial-ekonomi. Pandemi ini telah membuat individu untuk mengevaluasi kembali pilihan hidup mereka dan memberi prioritas pada keamanan, kesehatan, dan stabilitas ekonomi dalam keputusan migrasi mereka (Muir et al., 2020).
Sebagai contoh, individu yang awalnya bermigrasi untuk kesempatan kerja atau pendidikan yang lebih baik mungkin telah mempertimbangkan ulang rencana mereka karena risiko yang ditimbulkan oleh pandemi dan kondisi ekonomi yang tidak pasti di negara tujuan mereka (Hidayati, 2020). Di sisi lain, mereka yang tinggal di luar negeri mungkin telah memilih untuk kembali ke negara asal mereka untuk bersama keluarga atau mengakses sistem perawatan kesehatan yang lebih baik selama pandemi.
Pengaruh Pandemi COVID-19 pada Migrasi Kembali
Pandemi COVID-19 menunjukkan pergerakan orang bergeser ke pola migrasi kembali. Migrasi kembali merujuk pada individu yang kembali ke negara asal mereka, dan pandemi ini telah memiliki dampak signifikan pada aspek migrasi ini. Studi yang meneliti migrasi kembali para pekerja migran dari Bangladesh selama pandemi telah menyoroti bagaimana krisis dan konsekuensinya memaksa banyak dari mereka untuk mempertimbangkan kembali ke daerah asalnya (Islam, 2023).
Teori Lee mendukung temuan-temuan ini karena teori tersebut menekankan peran faktor eksternal, seperti pandemi, dalam membentuk keputusan migrasi. Pandemi bertindak sebagai faktor dorongan, mendorong para migran untuk kembali ke negara asal mereka karena pembatasan perjalanan, kehilangan pekerjaan, dan ketidakpastian ekonomi. Faktor-faktor ini lebih berat dibandingkan faktor tarik yang awalnya menarik mereka ke negara tujuan mereka.
Faktor Pendorong dan Faktor Penarik dalam Konteks Pandemi COVID-19
Teori Lee relevan dengan konsep faktor pendorong dan faktor penarik dalam migrasi. Faktor pendorong merujuk pada kondisi yang tidak menguntungkan di negara asal yang mendorong individu untuk pergi, sementara faktor penarik merujuk pada kondisi yang menguntungkan di negara tujuan yang menarik para migran (Mlambo, 2018). Temuan lain menunjukkan selain migrasi kembali, keputusan migran biasanya menunda untuk sementara hingga kondisi membaik (Hidayati, 2020).
Pandemi COVID-19 beserta konsekuensi ekonominya dapat dianggap sebagai faktor pendorong yang signifikan yang mempengaruhi pola migrasi. Dampak pandemi telah meluas ke ekonomi global, menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan ketidakstabilan ekonomi. Hal ini mendorong banyak migran untuk kembali ke negara asal mereka, di mana situasi ekonomi mungkin lebih akrab, meskipun sebelumnya mereka telah tertarik untuk pergi ke negara tujuan yang menjanjikan.
Selain itu, teori Lee juga relevan untuk studi mengenai migrasi internal di dalam negara selama pandemi. Migrasi internal merujuk pada perpindahan orang di dalam satu negara, dan pandemi COVID-19 juga berdampak signifikan pada aspek migrasi ini. Studi yang meneliti migrasi internal di berbagai negara telah memberikan pemahaman tentang bagaimana pandemi dan konsekuensi ekonominya mempengaruhi perilaku migrasi (Stawarz et al., 2022).
Kemunduran ekonomi yang disebabkan oleh pandemi memainkan peran penting dalam membentuk pola migrasi internal. Resesi ekonomi dapat mengganggu pasar tenaga kerja dan menciptakan ketidakseimbangan spasial dalam peluang kerja, mendorong orang untuk bermigrasi mencari prospek yang lebih baik atau kembali ke daerah asal mereka (Paudel & Paudel, 2022). Teori Lee menekankan pentingnya faktor ekonomi dalam pengambilan keputusan migrasi, menjadikannya alat yang berharga untuk memahami tren migrasi internal selama pandemi.
Bagaimana selanjutnya?
Teori migrasi Everett S Lee terbukti sebagai alat berharga dan komprehensif untuk memahami pola migrasi dalam konteks pandemi COVID-19. Teori ini menekankan persepsi individu, faktor pendorong dan penarik, serta pertimbangan ekonomi, memberikan wawasan mendalam tentang kompleksitas migrasi saat pandemi. Karena krisis ini secara signifikan mempengaruhi keputusan migrasi, terjadi peningkatan yang mencolok baik dalam migrasi kembali maupun migrasi internal, di mana orang mengevaluasi ulang prioritas mereka, mencari keamanan, dan stabilitas di tengah ketidakpastian yang diakibatkan oleh pandemi.
Migrasi pandemi secara fundamental dipengaruhi oleh bagaimana individu mempersepsikan risiko dan peluang yang terkait dengan lokasi yang berbeda. Pertimbangan kritis bagi calon migran termasuk kesehatan dan keamanan, keamanan pekerjaan, dan akses ke layanan penting. Teori Lee menekankan pentingnya memahami faktor-faktor perseptual ini dan interaksinya dengan faktor pendorong dan penarik tradisional yang telah lama mempengaruhi keputusan migrasi.
Pandemi COVID-19 berperan sebagai faktor pendorong yang kuat bagi banyak migran, mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali rencana mereka dan secara tidak sukarela kembali ke negara asal. Pengambilan keputusan secara signifikan dipengaruhi oleh ketakutan akan infeksi, akses terbatas ke layanan kesehatan, kehilangan pekerjaan, dan ketidakpastian ekonomi. Sementara itu, faktor penarik yang awalnya menarik migran ke negara tujuan mereka, seperti peluang kerja yang lebih baik dan standar hidup yang lebih baik, mungkin telah kehilangan daya tariknya di tengah krisis.
Selain itu, dampak pandemi terhadap ekonomi global memiliki konsekuensi yang luas terhadap pola migrasi. Resesi ekonomi, seperti yang dipicu oleh pandemi, dapat menyebabkan migrasi internal yang signifikan karena orang mencari prospek ekonomi yang lebih baik atau kembali ke wilayah yang lebih familiar untuk mencari keamanan. Teori Lee, dengan penekanannya pada faktor ekonomi, sangat relevan untuk memahami bagaimana kemunduran ekonomi mempengaruhi perilaku migrasi.
Ketika para pembuat kebijakan dan peneliti menganalisis dampak pandemi terhadap migrasi, memahami dinamika yang diungkapkan oleh Lee menjadi penting dalam merumuskan respons dan kebijakan yang tepat untuk mengatasi pola migrasi yang terus berkembang. Para sarjana dan pembuat kebijakan dapat memperoleh wawasan mendalam tentang kompleksitas migrasi selama krisis global yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dengan menggunakan kerangka kerja ini.
Selain itu, studi tentang migrasi pandemi tidak hanya berhenti pada penelitian akademis; ini memainkan peran penting dalam membentuk strategi yang efektif untuk mengatasi tantangan yang dihadapi di masa depan. Memahami pola migrasi selama pandemi COVID-19 dapat memberikan informasi yang lebih baik tentang langkah-langkah persiapan dan respons untuk keadaan darurat terkait kesehatan di masa depan dan peristiwa tak terduga lainnya yang dapat mempengaruhi dinamika migrasi.
Penulis: Inayah Hidayati
Editor: Sari Seftiani
REFERENSI
Hidayati, I. (2020). Covid-19 dan Penundaan Kepulangan Migran Pelajar Indonesia di Luar Negeri. Jurnal Kependudukan Indonesia, 15-20.
Islam, M. (2023). Negotiated and Involuntary Return: Covid-19 Pandemic And Return Migration Of Bangladeshi Temporary Labour Migrant Men. Migrat. Lett., 1(20), 59-70.
Lee, E. S. (1966). A theory of migration. Demography, 3, 47-57.
Muir, J., Cope, M., Angeningsih, L., Jackson, J. (2020). To Move Home or Move On? Investigating The Impact Of Recovery Aid On Migration Status As A Potential Tool For Disaster Risk Reduction In The Aftermath Of Volcanic Eruptions In Merapi, Indonesia. International Journal of Disaster Risk Reduction, (46), 101478.
Mlambo, V. (2018). Cross-border Migration In the Southern African Development Community (Sadc): Benefits, Problems And Future Prospects. JSDS, 4(8), 42-56.
Paudel, D., Paudel, T. (2022). Returnee Migrants’ Reintegration Into Agriculture In Nepal After Covid-19 Pandemic. The Third Pole, 97-108.
Stawarz, N., Rosenbaum‐Feldbrügge, M., Sander, N., Sulak, H., Knobloch, V. (2022). The Impact Of the Covid‐19 Pandemic On Internal Migration In Germany: A Descriptive Analysis. Population Space and Place, 6(28).