#MencatatCOVID-19

Lindungi Lansia Melalui Vaksinasi: Target Yang Belum Tercapai7 min read

May 29, 2021 5 min read

Lindungi Lansia Melalui Vaksinasi: Target Yang Belum Tercapai7 min read

Reading Time: 5 minutes

Refleksi Hari Lansia Nasional 2021

Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak tahun 2020 menjadi salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh lansia. WHO menyatakan bahwa lansia merupakan kelompok usia paling rentan terpapar COVID-19. Kerentanan pada lansia terjadi karena melemahnya fungsi imun ditambah dengan penyakit degeneratif seperti jantung, hipertensi, dan diabetes. Lebih dari 95 persen kematian di Eropa terjadi pada usia lebih dari 60 tahun atau lebih, dan lebih dari 50 persen terjadi pada penduduk berusia 80 tahun atau lebih (UNFPA, 2020). Di Indonesia berdasarkan data per tanggal 28 Mei 2021, persentase kematian pada kelompok lansia sebesar 49,40 persen dimana angka ini merupakan yang tertinggi dibanding kelompok umur lainnya ( https://covid19.go.id/peta-sebaran)

Menanggapi kondisi ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melindungi para lansia dengan program vaksinasi lansia. Lansia menjadi target prioritas agar jika lansia terpapar virus maka tidak bergejala parah atau sampai pada kasus kematian. Dr. Kirana Pritasari, MQIH selaku staf ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan Kementerian Kesehatan dalam acara webinar Gebyar Vaksinasi Lansia pada tanggl 6 Mei 2021 menyebutkan “walaupun sudah dilaksanakan sejak bulan Februari 2021 dan ditargetkan akan selesai pada bulan Mei, namun sepertinya jadwal tersebut akan molor hingga paling cepat akhir bulan Juni”. Pelaksanaan vaksinasi lansia hingga saat ini belum memenuhi harapan dan jumlah lansia penerima vaksin masih jauh di bawah target. Dilansir dari salah satu media berita online, juru bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mengungkapkan bahwa baru 11 persen jumlah lansia yang melakukan vaksinasi COVID-19 hingga 25 April 2021. Dijelaskan lagi target lansia keseluruhan berjumlah 21.553.118 jiwa sedangkan yang baru menerima vaksin dosis pertama berjumlah 2.413.397 atau sebanyak 11,20 persen. Sementara itu lansia yang telah menerima vaksin dosis kedua sebanyak 1.327.533 jiwa atau sekitar 6,16 persen (Data COVID-19, Kemenkes 2021).

Kebijakan memprioritaskan penduduk kelompok usia lanjut ini tidak serta merta dibarengi dengan partisipasi yang tinggi oleh kelompok lansia sendiri. Banyak kasus di lapangan yang menunjukkan bahwa sejumlah lansia takut dan ragu untuk menerima vaksin karena faktor komorbid atau penyakit bawaan, sehingga khawatir akan efek buruk yang terjadi setelah menerima vaksin. Selain itu kendala lain yang menghambat partisipasi vaksinasi lansia adalah kurang jelasnya informasi pendaftaran dan lokasi vaksinasi yang jauh sehingga menyulitkan lansia untuk datang. Terlebih lagi bagi lansia yang tinggal sendiri tanpa keluarga. Di beberapa tempat, pendaftaran vaksinasi dilakukan secara online. Di satu sisi pendaftaran secara online menjadi lebih praktis dan dapat menjangkau daerah yang lebih luas. Namun di sisi lain tidak semua lansia dan keluarganya tersentuh oleh informasi pendaftaran vaksin serta tidak memiliki akses untuk mendaftar secara online. Belum lagi permasalahan kuota vaksin per wilayah administrasi yang terbatas sementara lansia harus mendatangi pusat-pusat pelaksanaan vaksin sesuai dengan domisili yang tertera di Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Walaupun kasus positif pada kelompok lansia relatif rendah dibanding kelompok usia lainnya, namun angka kesembuhannya rendah dengan angka kematian yang jauh lebih tinggi. Sehingga memprioritaskan penduduk kelompok usia lanjut sebagai penerima vaksin sudah sangat tepat mengingat fatality rate yang tinggi pada kelompok ini. Data empirik di lapangan menunjukkan seiring dengan program vaksinasi pertama sejak tanggal 15 Februari 2021 terjadi penurunan angka kematian pasien COVID-19 kelompok lansia (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2021).

Namun sayang, harapan menuntaskan pemberian vaksin kepada kelompok penduduk lansia sebelum masa mudik lebaran sebagai salah satu langkah preventif melindungi lansia menjadi suatu yang mustahil lagi. Seandainya pelaksaan vaksinasi lansia sesuai dengan jadwal yang tetapkan maka tentunya dapat meminimalisir gejala seandainya  para lansia terpapar virus akibat kegiatan arus mudik lebaran yang tak terbendung beberapa waktu yang lalu. Sebagaimana kita ketahui momen lebaran tahun ke dua di tengah pandemi ini tidak menyurutkan para perantau untuk kembali ke kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama orang tua dan sanak keluarga. Tradisi silaturahmi dengan orang tua sekaligus dapat menjadi momen penyebaran virus corona bagi lansia.

Mekanisme pendaftaran dan sosialisasi yang belum optimal

Secara umum Kementerian Kesehatan telah merancang dua mekanisme pendaftaran vaksinasi COVID-19 bagi lansia, yang pertama melalui fasilitas kesehatan masyarakat baik di Puskesmas maupun rumah sakit pemerintah dan yang kedua, melalui program vaksinasi massal oleh organisasi dan instansi. Untuk mekanisme yang pertama, peserta (dalam hal ini diharapkan keluarga lansia atau kepala RT atau RW setempat) mendaftar dengan mengunjungi salah satu dari tiga situs resmi Kementerian Kesehatan yaitu www.kemkes.go.idwww.sehatnegeriku.kemkes.go.id serta situs resmi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) di www.covid19.go.id. Sementara untuk mekanisme yang kedua, program vaksinasi massal oleh organisasi dan instansi, organisasi atau instansi dapat bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan atau Dinas Kesehatan untuk melakukan vaksinasi massal untuk peserta lanjut usia. Dari kedua mekanisme tersebut kemudian dinas kesehatan atau pun instansi penyelenggara vaksinasi akan menentukan jadwal, termasuk hari, waktu, serta lokasi pelaksanaan vaksinasi, kepada masyarakat lanjut usia.

Namun praktiknya, untuk kedua mekanisme ini tidak semua lansia (atau keluarga lansia) yang tersentuh oleh informasi cara pendaftaran dan jadwal kegiatan vaksinasi. Hasil wawancara singkat penulis dengan lansia yang melakukan vaksinasi di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Tangerang Selatan beberapa hari yang lalu menyebutkan bahwa informasi vaksinasi diperoleh dari salah satu kerabat lansia yang bertugas di Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan. Sementara itu lansia atau keluarga lansia tersebut tidak mengetahui tata cara pendaftaran melalui website dan tidak pernah mendapatkan informasi pelaksanaan vaksinasi dari instansi lain melalui media sosial. Tentu saja pengalaman ini tidak bisa menjadi representasi keseluruhan dari proses sosialisasi kegiatan vaksinasi lansia secara umum. Namun setidaknya pengalaman responden tersebut dapat menjadi refleksi kelemahan mekanisme sosialisasi program vaksinasi lansia. 

Dalam menghadapi kondisi masyarakat kita yang sangat heterogen, tentunya dibutuhkan strategi khusus untuk menjangkau masyarakat. Penyebaran informasi melalui berbagai bentuk saluran komunikasi baik yang melibatkan media massa maupun komunikasi interpersonal dan sistem sosial penting untuk tetap dilakukan. Kita semua sepakat bahwa program-program penangulangan pandemi COVID-19 semuanya berlomba dengan waktu. Semakin cepat vaksinasi diberikan kepada masyarakat semakin banyak nyawa yang dapat diselamatkan dari paparan virus COVID-19. Jalur penyebaran informasi melalui aparat di lingkungan seperti ketua RT/RW, PKK, dan kader-kader desa harus dimaksimalkan karena tidak semua masyarakat terakses informasi melalui media dan pesan singkat. 

Komitmen pemerintah daerah, dukungan masyarakat, dan kepedulian keluarga

Dikutip dari pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara Launcing Gebyar Vaksinasi COVID-19 bagi Lansia yang disiarkan secara virtual pada channel Youtube Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa tiga provinsi yang memiliki partisipasi vaksinasi tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta yaitu sebanyak 60 persen lansianya telah divaksin, diikuti oleh Provinsi DI Yogjakarta sebanyak 30 persen dan Provinsi Bali sekitar 40 persen. Komitmen pemerintah provinsi memang menjadi salah satu faktor penting dalam mencapai target vaksinasi lansia. Komitmen pemerintah ini termanifestasi melalui inovasi-inovasi pelayanan. Beberapa strategi yang dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan partisipasi lansia penerima vaksin seperti: layanan antar jemput lansia menuju lokasi pemberian vaksin yang bekerjasama dengan Dinas Perhubungan setempat, layanan jemput bola dengan mendatangi langsung lansia-lansia ke rumah-rumah, dan bahkan dibeberapa daerah tidak lagi mensyaratkan kesesuaian domisili dengan tempat pelaksaan vaksin. Bahkan Kementerian Kesehatan mengeluarkan terobasan program 2 in 1 yaitu dengan memberikan vaksin gratis bagi warga non lansia yang mengantarkan dua orang lansia ke lokasi-lokasi penyelenggaraan vaksinasi. Wacana penyelenggraan vaksinasi lansia ditempat-tempat ibadah (khusunya masjid-masjid) juga sempat dilontarkan oleh dinas kesehatan. Pelaksanaan vaksinasi juga diharapkan melibatkan lebih banyak lagi pihak-pihak terkait lainnya sehingga kemudahan-kemudahan akses vaksin kepada kelompok masyarakat usia lanjut ini dapat terlaksana. Contoh inovasi pelaksanaan vaksinasi lansia dengan sisitem drive thru akan dilakukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Surabaya, Medan, Palembang, dan Denpasar. Tentunya inovasi-inovasi di daerah-daerah lain dapat disesuaikan dengan karakteristik masyarakat setempat.

Dukungan masyarakat dan kepedulian keluarga menjadi determinan kesuksesan program vaksinasi lansia. Keterlibatan kader desa, dasawisma, kelompok lansia hingga pengurus RT/RW dapat berupa bantuan mendaftarkan lansia melalui sistem online. Sebagaimana kita ketahui penguasaan teknologi informasi yang masih rendah pada sebagian besar  lansia tentunya menyulitkan lansia untuk bisa mendaftar. Bentuk dukungan lain adalah  membantu  mengantarkan dan menemani lansia melakukan vaksin, jika ada lansia yang terkendala menuju sentra vaksinasi. Selanjutnya, kekhawatiran akan dampak vaksinasi pada para lansia diharapkan dapat hilang sejalan sosialisasi yang diberikan kepada keluarga lansia. Keluarga lansia perlu diberikan informasi yang utuh tentang pentingnya vaksinasi bagi lansia serta petunjuk yang jelas bagi yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan. 

Selamat Hari Lansia Nasional 2021. Mari lindungi lansia kita di masa pandemi dengan membawa lansia ke sentra-sentra vaksinasi. 

Sumber:

UNFPA, (2020). Technical Brief: Implications of COVID-19 for Older Persons:  Responding to the Pandemic

Webinar Sosialisasi Gebyar Vaksinasi Lansia, Binwil Sekjen Kemenkes RI. Ditayangkan live tanggal 6 Mei 2021 . https://www.youtube.com/watch?v=wQJXziYmGQs

Data COVID-19, Kemenkes 2021 di buka pada tanggal 27 Mei 2021 www.kemkes.go.id

Peta sebaran Penderita COVID-19 menurut kelompok umur, per 27 Mei 20121 (https://covid19.go.id/peta-sebaran)

BPS (2020). Statistik Lanjut Usia 2020 

https://nasional.kompas.com/read/2021/04/27/05545861/satgas-lansia-yang-sudah-divaksinasi-COVID-19-baru-11-persen?page=all.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *