#MencatatCOVID-19

Pandemi dan Nasib Buruh Industri Garmen3 min read

July 12, 2021 3 min read

Pandemi dan Nasib Buruh Industri Garmen3 min read

Reading Time: 3 minutes

Pada Maret 2021, Tim Industri dari Tim Prioritas Riset Nasional (PRN) Membangun Ketahanan Keluarga dan Masyarakat dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan, Pusat Penelitian Kependudukan LIPI melakukan studi lapangan di kawasan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Studi lapangan ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian yang bertajuk “Membangun Ketahanan Keluarga dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan” .Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk tekanan dan risiko yang dihadapi oleh para keluarga yang bekerja di sektor industri, khususnya industri garmen. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat bentuk adaptasi yang dilakukan oleh keluarga buruh industri garmen dalam menghadapi tekanan dan risiko yang dialami sejauh ini.

Pemilihan lokasi Kabupaten Bogor sebagai lokasi studi didukung oleh kenyataan bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang dikenal sebagai kawasan industri. Dari penelusuran yang tim lakukan, setidaknya terdapat hampir 300 pabrik melakukan kegiatan operasionalnya di kawasan Kabupaten Bogor. Dalam waktu yang terbatas, tim PRN industri berhasil melakukan pengumpulan data di beberapa daerah di Kawasan Bogor, khususnya di kawasan Desa Tarikolot, Kelurahan Citeureup dan Kelurahan Cibinong. Dari temuan kami di lapangan, setidaknya ada dua hal yang menjadi tekanan atau stressor yang saat ini tengah dihadapi oleh para pekerja garmen. Stressor pertama adalah kondisi pandemi yang menyebabkan menurunnya jumlah produksi di pabrik tempat mereka bekerja dan kesulitan para buruh garmen dalam menemani proses belajar anak secara daring di rumah.

Sebagai gambaran, kondisi pandemi membuat banyak pasar dan mal tutup sehingga hal ini berdampak kepada pengurangan pesanan yang tentunya berdampak kepada penurunan jumlah produksi. Penurunan jumlah produksi juga berdampak kepada penghasilan yang diterima oleh para pekerja garmen, dari temuan kami didapatkan bahwa penghasilan mereka setidaknya berkurang sekitar 20 persen hingga 30 persen. Kondisi ini nyatanya berdampak kepada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, dalam kondisi normal, pekerja garmen dapat menerima upah penuh dan berkesempatan untuk mengambil lembur untuk menambah penghasilan mereka. Namun, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, kondisi pandemi membuat penghasilan mereka berkurang dan kegiatan lembur juga dihapuskan oleh perusahaan.

Pandemi sebagai stressor pertama nampaknya berdampak pada stressor kedua yang kami temukan di lapangan. Stressor kedua tersebut adalah kesulitan para informan dalam menemani anak melakukan kegiatan belajar secara daring. Karena kebanyakan informan kami adalah perempuan yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, terlihat bahwa beban untuk menemani anak belajar secara daring dibebankan kepada istri yang seringkali membuat para informan cukup stress. Selain stress karena menemani anak belajar secara daring, kesulitan lain adalah pemenuhan alokasi kuota yang perlu disiapkan oleh orang tua demi mendukung kegiatan belajar anak secara daring. Dengan kondisi penghasilan yang dipotong karena masa pandemi, kondisi ini nyatanya juga menjadi stressor bagi para keluarga buruh garmen.

Dalam menghadapi tekanan yang datang dari munculnya pandemi, berbagai bentuk adaptasi mau tidak mau dilakukan oleh para buruh garmen. Untuk menambah penghasilan yang terpotong karena menurunnya produksi, beberapa informan menuturkan bahwa mereka berusaha untuk memulai untuk mencari pekerjaan sampingan, misalnya menjadi reseller barang-barang yang dijual secara daring (online), membuat kue atau makanan ringan yang kemudian juga dijual secara online, dan beberapa kegiatan lain yang bertujuan untuk menyambung hidup keluarga para buruh garmen. Bagi para buruh garmen yang tidak memiliki keahlian lain, meminjam uang kepada keluarga menjadi bentuk adaptasi yang seringkali dilakukan untuk bertahan melanjutkan hidup. Selain meminjam uang ke sanak saudara, keberadaan koperasi di perusahaan juga menjadi alternatif para pekerja garmen untuk meminjam uang, menurut penuturan informan, koperasi perusahaan memberikan kemudahan proses dalam melakukan peminjaman uang, sehingga para informan mengaku merasa sangat terbantu dengan adanya layanan koperasi di perusahaannya.

Tim Peneliti: Andhika Ajie Baskoro, Angga Sisca Rahadian, Luh Kitty Katherina, dan Puguh Prasetyoputra

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *