Survei di tengah COVID-19: Catatan lapangan di Kota Tegal2 min read
Sektor perikanan di Kota Tegal dikembangkan melalui usaha kenelayanan, pertambakan, pengolahan hasil perikanan dan perdagangan. Usaha kenelayanan menjadi ciri khas keuletan penduduk di Tegal dalam mencari nafkah. Mereka berlayar ke Laut Arafura, Laut Natuna, Bangka Belitung, Masalembo, Laut Sawu, dan Laut Jawa. Mereka mencari ikan, hingga cumi-cumi, teripang. Pelayaran harian dilakukan oleh nelayan dengan perahu kecil di bawah 5 GT. Pelayaran terkadang menuju kawasan yang cukup jauh hingga Papua atau Natuna selama tiga bulan dengan alat tangkap utamanya jaring cantrang. Saat ini jaring tersebut rencananya akan diganti dengan jaring tarik kantong yang lebih ramah lingkungan. Kapal yang digunakan di atas 30 GT hingga mendekati 100 GT. Selain itu, banyak penduduk yang menekuni kerja sebagai ABK kapal internasional dengan pola kerja kontrak dan ini sudah berlangsung lama sekali, diantaranya ke Spanyol, Taiwan dan Islandia.

Usaha pertambakan dengan komoditas udang vanema dan ikan bandeng dikembangkan dalam dua jenis pertambakan, yakni tambak tradisional dan tambak modern yang sudah dilengkapi teknologi. Industri pengolahan hasil dari nelayan tangkap maupun tambak masih sangat sederhana, dan sebagian besar berupa industri rumahan seperti kerupuk ikan, kecap manis ikan, bandeng asap, bandeng presto dan nugget. Perdagangan hasil perikanan sebagian dijual ke kota lain seperti Pemalang, Slawi, Semarang, Jakarta, dan bahkan ekspor ke luar negeri. TPI juga berfungsi penting dalam penjualan hasil perikanan, begitu juga UMKM dan pedagang kecil. Jumlah restoran yang banyak dan tersebar di sudut-sudut kota merupakan salah satu wadah penampungan hasil perikanan.

Pelaksanaan survei ditandai dengan telah berlayarnya puluhan kapal cantrang yang menimbulkan kesulitan dalam memperoleh responden. Selain itu, ditemukannya sejumlah kasus penduduk yang terinfeksi COVID-19, seperti di kelurahan Panggung dan kelurahan Mintaragen telah menyebabkan kami mengalihkan pengambilan responden ke RT lain. Kesehatan peneliti, enumerator, driver, responden dan informan seyogyanya menjadi perhatian penuh dalam pelaksanaan survei di masa pandemi COVID-19.
Ditulis oleh Andy Ahmad Zaelany, Peneliti di Pusat Penelitian Kependudukan LIPI