Penggunaan Teknologi VR/AR Dalam Pendidikan Kebencanaan2 min read
Jakarta – Humas BRIN. Kawasan pesisir Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap bencana tsunami dan perubahan lingkungan di kawasan pesisir yang meningkatkan risiko bencana bagi masyarakat pesisir. Perubahan iklim juga mengancam ketahanan warga pesisir yang lebih rentan terhadap bencana khususnya bencana tsunami yang banyak ditakuti oleh masyarakat pesisir. Demikian menurut Peneliti Pusat Riset Kependudukan-BRIN, Gusti Ayu Ketut Surtiari dalam acara webinar Seminar Riset Desain Rumah Program Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora. Ia memaparkan tentang Inovasi Ketahanan Masyarakat Pesisir “Melalui Nexus Sistem Sosial, Ekosistem, dan Teknologi,” pada Rabu (09/03) lalu.
Dalam paparannya, Ayu mengatakan bahwa sebelumnya sudah ada program tentang ketahanan masyarakat pesisir di Indonesia (SoA) yang meliputi antara lain kesiapsiagaan melalui sistem peringatan dini, simulasi bencana dan peningkatan kapasitas masyarakat yang rentan serta mitigasi bencana dengan melakukan konservasi kawasan pesisir, ujarnya.
Dalam paparannya, Ayu mengatakan bahwa efektifitas program yang sudah ada kurang optimal, dampak dan kerugian bencana masih tinggi, penanganan bencana tidak terintegrasi (management kebencanaan masih paralel). “Pengetahuan kebencanaan belum merubah perilaku semua pihak untuk siap menghadapi bencana serta simulasi bencana tidak optimal karena berbeda dari kondisi riil,” ungkapnya.
Menurut Ayu bahwa teknologi terkini sudah ada yaitu Virtual Reality (VR)/ Augmented Reality (AR) yang dapat memfasilitasi pendidikan kebencanaan (termasuk jalur evakuasi) dan pengetahuan tentang jasa lingkungan. Dasar penggunaan VR/AR dikarenakan model tsunami drill dan sejenisnya cenderung biaya tinggi dan seremonial, lebih tepat sasaran karena 3D dan memfasilitasi kelompok disable memudahkan dalam memberikan petunjuk jalur evakuasi, terangnya.
Ayu menyusun beberapa pertanyaan untuk diteliti dalam risetnya. Salah satunya, ia menyebutkan, reproduksi pengetahuan untuk membangun ketahanan masyarakat dapat dihasilkan dengan memanfaatkan teknologi. Proses interaksi antara sistem sosial dan sistem lingkungan yang dapat mendukung upaya mengurangi kerentanan serta mampu membangun ketahanan masyarakat. Dan teknologi tersebut dapat diterapkan untuk membangun ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana, paparnya.
Lebih lanjut Ayu menegaskan bahwa tujuan penelitiannya untuk membangun ketahanan masyarakat pesisir dalam menghadapi bencana alam khususnya tsunami dan perubahan lingkungan dengan memanfaatkan teknologi berdasarkan pengetahuan lokal yang dilakukan selama kurun waktu tiga tahun, tandasnya.
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kajian pustaka, town hall meeting (Hybrid), Delphi process (validasi), participatory action research (PAR), dan wawancara semi terstruktur, ungkap Ayu.
Ayu menargetkan, penelitian ini akan menghasilkan output berupa publikasi ilmiah. “Riset ini diharapkan berkontribusi berupa platform yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam meningkatan ketahanan menghadapi bencana (knowledge hub), pungkasnya. (trn/ed:suhe)